Rabu, 20 November 2013

Target Indonesia di SEA GAMES 2013 Minimal Tiga Besar

Jakarta - Target mempertahankan gelar juara umum di SEA Games 2013 dikoreksi oleh pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Di ajang tersebut setidaknya Indonesia harus masuk tiga besar.

"Insyallah kita tetap mencoba jadi juara umum atau setidak-tidaknya tiga besar. Kalau jumlah medali ya tetap, antara 110 sampai 120," kata Roy Suryo di Wisma Menpora, Jakarta, Senin (12/8/2013).

Dia mengatakan, target tersebut sudah cukup realistis mengingat ada sejumlah perubahan rencana dan kendala. Sebelumnya, pada Mei lalu pihak Kemenpora menyebutkan bahwa target kontingen "Merah Putih" di Myanmar bulan Desember mendatang adalah juara, seperti ketika Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 2011 di Sumatera Selatan.

"Iya harus realistis, karena kita juga lihat bahwa ada permasalahan dana," ucap Roy lagi.

"Dari kemarin kita sudah melakukan pertemuan, terakhir itu tanggal 16 Juli lalu, di kantor Menpora, ketika ada kekurangan dana 60 miliar. Sekarang sedang dicari solusinya dari beberapa kemitraan BUMN. Kita sedang cari cara supaya tetap sesuai dengan aturan, karena ada aturan bahwa CSR itu tidak boleh digunakan untuk pembiyaan olahraga.

"Nah, sembari itu juga saya memaklumi bahwa (mungkin) ada kegalauan, yang akhirnya berdampak pada penurunan semangat atlet. Apalagi sempat ada pengurangan jumlah cabang olahraga. Tapi keputusan terakhir cabang olahraga tidak jadi dikurangi, hanya perangkat atletnya yang dikurangi, apakah itu pelatihnya, atau ofisialnya. Tapi ini akan berpengaruh pada prestasi atletnya. Makanya kita realistis saja," papar dia.

Faktor bukan tuan rumah pun disebutnya sebagai suatu rintangan. Sebabnya, setiap negara tuan rumah bisa menentukan cabang-cabang yang diperlombakan, dan kerap kali menguntungkan mereka.
"Sementara Indonesia banyak cabang yang nyatanya bukan andalan kita, tapi banyak nomor yang dipertandingkan. Sebaliknya, ada cabor yang kita andalkan tapi sedikit nomor yang ikut. Ini 'kan jadi soal," jelasnya.

"Belum lagi kalau ada kondisi non teknis. Misalnya soal asrama, soal transportasi, atlet kita pernah terlambat di London karena persoalan transportasi. Di Myanmar itu tidak bisa membayangkan seperti Jakarta-Bogor, tapi Jakarta-Bandung. Jadi transportasi tak semudah yang dipikirkan."

Kendati demikian, ia mengungkapkan, optimistis itu tetap penting, hanya harus realistis. "Optimistis penting, tapi jangan membayangkan yang muluk-muluk," pungkasnya.

Sumber : sport.detik.com